Ustadz Otak Kami Beda-Beda
(Kenapa Ustadz Tidak Mau Direkam ?)
Tanya Jawab Bersama
Ustadz Firdauz Zakir
Pertanyaan 1:
Boleh atau tidak, haram atau
halal jika kita merekam materi kajian yang disampaikan ustadz secara
sembunyi-sembunyi atau tanpa diketahuinya, karena sang ustadz tidak mengizinkan
kajian yang disampaikannya untuk direkam?
Jawaban:
Jawaban:
Kita ini berbicara untuk
berdakwah, kalau kita direkam bersyukur, karena kalau direkam kita bicara sekali
seperti ribuan kali. Bayangkan akhi kalau rekaman ini diputar di dusun, diputar
di rumah saudara kita, diputar dimobil banyak yang menumpang. Sekali Dauroh
sekali pengajian, sekali taklim bagaikan ribuan taklim sang ustadz pun akan
mendapatkan pahala Subhanallah yang
jauh lebih besar ketimbang yang diharapkan. Karena yang namanya ilmu adalah amal jariyyah.
Ana hanya mau berkata kenapa tidak mau direkam ? , Ana hanya mau bertanya kenapa tidak mau
direkam ?
Seorang orang ustadz datang untuk
berdakwah jika dakwahnya itu didengarkan oleh orang banyak Subhanallah makin baik dan semakin diperdengarkan ke orang lain jauh
makin baik, dan semakin terdengar melebar kemana-mana jauh makin baik.
Baiknya dari mana:
1. Bahwa kalau dia berbicara atas
nama Allah Subhanahu wata’ala dengan
keikhlasannya maka da’i yang ilallah maka
dia benar-benar adalah seorang da’i yang ikhlas karena Allah mengajar.
2. Bahwa yang disampaikannya adalah
ilmu, dan ilmu adalah bagian dari pada amal jariyyah. semakin banyak yang
mendengarkan maka semakin banyak pahala yang akan dibawa hidupnya sampai
matinya pun tetap
Bahwa ilmu yang membawa
keselamatan walaupun seseorang telah mati adalah ilmu jariyyah. Dakwah yang ia
sampaikan, yang ia tanpa pamrih, yang ia karena lillah karena Allah. Mau
direkam, mau tidak direkam pokoknya dia karena Allah, karena dia bermaksud untuk
mendakwahkan.
Kemudian mati sekalipun kalau ceramah
itu terekam kemana-mana, terdengar dimana-mana maka pahalanya senantiasa berjalan
kepadanya. Itulah sebabnya orang berilmu tidak dikatakan mati.
Jangan engkau menyangka bahwa
orang yang berdakwah dijalan Allah yang ia penuhi jalan sabilillah dengan ilmu itu
mati tidak, jasadnya mati tetapi ia bagaikan orang hidup karena seperti ia
membuat pahala dalam hidupnya seperti orang hidup yang senantiasa punya pahala dan
membuat pahala selama ia tertidur dikubur.
Karena kiriman kebaikan dari
orang, karena dari ilmu yang diajarkan waktu hidup. maka sesunggunya mereka
hidup disisi Allah. apa yang dimaksud tidak seperti orang mati, orang mati
tertutup pahala untuknya tapi seorang yang berilmu dimasa hidupnya dan kemudian
ia mendakwahkan ilmunya walaupun dia mati sama seperti hidup karena pahalanya
tetap berjalan.
Bayangkan mulianya seorang ulama,
mulianya seorang da’i matipun tapi tetap seperti hidup. Bayangkan al-imam
Bukhori akan disebut namanya sampai akhir hayat dunia, Al-Imam Asy-Syafi’i akan
disebut namanya sampai akhir hayat dunia. Seorang Ulama Salaf, dan Khalaf
,Ulama Tempo Dulu dan Temporer yang sekarang ini tetap akan tersebut karena
kemuliannya diatas ilmu, maka seperti dia hidup walaupun dia mati maka namanya
tetap tersebut, tetap diatas.
Terus kemudian untuk apa engkau harus
bersembunyi, untuk apa engkau terus tidak mau direkam kata-katamu ?
3. Engkau adalah seorang da’i barangkali
yang mendengar dihadapanmu tidaklah mendapatkan hidayah dari Allah disebabkan karena
ceramahmu, tapi begitu dari rekaman itu terdengar oleh orang maka kemudian orang
yang mendengarkan belakangan setelah rekaman justru tersentuh hatinya untuk mengikuti
dakwah sunnah, dakwah diatas manhaj salaf sehingga kemudian ia maju dan berada didalam
dakwah sunnah.
Seberapakah nilai kebajikan yang
engkau dapat. Maka engkau telah mendapatkan hadiah baru lagi dari Allah sebuah
kendaraan termewah didunia, tidakkah engkau mau, hanya dari rekaman suaramu, engkau
telah mendapatkan dakwah termewah didunia. diputar lagi ada lagi yang ikut, diputar
lagi ada lagi yang ikut walaupun engkau tidak bicara langsung kehadapannya. Seberapa banyak mobil mewah yang harus parkir
didepan rumahmu , andaikan Allah mau taruh dia didepan rumahmu hanya dengan sebab
terdengar rekamanmu dimana-mana
Tiga itu cukup menjadi wakil
jawaban kenapa tidak mau direkam ?
Kita berkata: kita takut ada yang
salah, kalau memang kamu takut ada yang salah kenapa kamu berdakwah, kalau kamu
memang takut salah kamu sadari bahwa engkau manusia tidak mungkin semuanya
harus benar pasti bisa jadi engkau terpeleset berbicara. Siapa yang bisa tidak
terpeleset berbicara ?
Rasulullah pun tersalah berkata
dan berbuat hanya saja dia maksum langsung mendapat teguran dari Allah. Apalagi
kamu ?
Karena itu ulama mazhab manapun makanya
mereka katakan kamipun bisa salah dan bisa benar.
Maka kita berbicara apa adanya dari apa yang kita ketahui atas asal diatas dalil perkara kemudian belakangan hari itu disalahkan kitapun harus lapang dada bahwa kita memang salah, apa salah hanya kita ucapkan ya Afwan dulu saya berpendapat seperti itu ternyata itu salah
Maka kita berbicara apa adanya dari apa yang kita ketahui atas asal diatas dalil perkara kemudian belakangan hari itu disalahkan kitapun harus lapang dada bahwa kita memang salah, apa salah hanya kita ucapkan ya Afwan dulu saya berpendapat seperti itu ternyata itu salah
Kan betapa banyak Para Imam juga mengatakan janganlah
kalian fanatik dengan pendapat kami. Para
ulama Al-Imam madzhab pun telah memberikan petunjuk yang mulia kepada kita tentang
bahwa mereka pun berdakwah dan minta didengar kepada orang lain hanya saja mereka
berpesan bahwa jangan pernah fanatik kepada mereka.
Saya mau pilih saja, satu yang barangkali
memberikan kesimpulan yang terbaik:
Al-Imam Abu Hanifah Rahimahullah Ta’ala berkata: “tidak
halal seseorang memakai pendapat kami jika dia belum memeriksa terlebih dahulu
apa dalil kami sampai kami berpendapat
demikian”
Dan didalam riwayat lain, “haram
seseorang yang tidak mengetahui apa dalil kami saat berpendapat itu untuk kemudian
berfatwa seperti fatwa kami sampai ia terlebih dahulu mengeluarkan dalil. Karena
sesungguhnya kami seorang manusia, hari ini kami berkata itu salah tiba-tiba
esok hari kami berkata itu yang benar”
Jadi gentleman saja, sportif. hari ini kebenaran itu kita yakini sebagai
kebenaran karena kita telah berdiri di atas dalil katakan benar dan jangan
ragu, kalau memang kemudian kita periksa dan telah diakui bahwa itu sebuah
kesalahan dan fatwa ulama itu salah kita katakan Afwan saat ini kita berubah pendapat karena ini salah maka kita rubah
yang benar adalah ini. asalkan itu betul memang berdasarkan keterangan para
ulama yang berdiri tegak diatas Ahlus sunnah waljama’ah.
Selesai akhi apa yang mau ditakuti
!
Dan ketika antum tidak bisa menjawab nggak
usah jawab, daripada terekam kemudian jawabannya sembarangan, nggak usah jawab, jawab dengan jawab yang
paling praktis Allahu ‘alam bishowab,
selesai jangan paksakan, tapi begini ustadz? ,jangan paksakan, ana tidak tahu, Allahu ‘alam bishowab ,tunggu esok mau ana pelajarin dulu dirumah.
Selesai.
Tapi mungkin barang kali ada
sisi-sisi lain kenapa tidak mau direkam, ya kita nggak tahu kalau sisi-sisi lain. Mungkin Suaranya kurang bagus ?
Pertanyaan 2:
Apakah ini bisa dikatakan mencuri
dalam artian mencuri suara ustadz, karena ustadz nya tidak ikhlas materi kajiannya
direkam ?
Jawaban:
ana tidak tahu mau dikatakan mencuri ?
ana tidak tahu mau dikatakan mencuri ?
Untuk apa kami hadir. Ustadz
menulis sama saja seperti merekam.
rekaman itu ada 3:
1. Rekaman diotak (Sahabat
merekam diotak)
2. Rekaman para sahabat diambil dari
kulit-kulit pohon kemudian ditulis
3. Hanya sekarang Ustadz abad
modern, rekaman itu bisa pakai hp, bisa pakai mp3, bisa pakai yang lain, bisa
pakai kamera. kalau memang kemudian diharamkan, haramkan saja segala-galanya kalau memang tidak
diperbolehkan haramkan saja semuanya kalau memang direkam pakai suara tidak
boleh maka menulis pun jangan. Karena fatwa itu sama saja isinya, hanya beda
saja isinya sama haram, hanya direkaman bunyinya haram , Kalau ditulisan tidak
ada bunyi hanya tulisan haram, tidak ada bedanya
Nah jawabnya Allahu ‘alam apakah dikatakan
mencuri atau tidak
Ustadz, kami hadir ini untuk tahu
Agama, otak kami beda-beda kami ditakdirkan oleh Allah nilai kami sejak SD 6
paling tinggi, kalau tidak pakai rekaman diulang-ulang dirumah, baru pakai
sandal sebelah kanan saja sudah lupa, yang tadi itu apa ya yang dikatakan
ustadz itu, lupa saya, untung ada
rekamannya !
Nah itu dia, ya itu dia, kembalikan
kepada Ustadz nya kenapa tidak mau direkam
Download Audionya Disini
Download Audionya Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar